Home » » Kisah Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Kisah Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Sunan Kudus mempunyai nama kecil berjulukan Ja’far Shadiq yang merupakan anak dari Sunan Ngudung dari Jipan Panolan. Ja’far Shadiq merupakan senopati Demak yang sebelumnya di jabat oleh ayahnya sendiri. Beliau berguru mengenai aliran agama Islam dari ayahnya sendiri dan juga dengan beberapa ulama terkenal yaitu Ki Ageng Ngerang , Sunan Ampel , dan Kyai Telingsing. Kyai Telingsing ini merupakan ulama yang berasal dari China. Kyai Telingsing ini jago dalam membuat tabrakan , tak jarang banyak yang berguru padanya tak terkecuali Sunan Kudus (Ja’far Shadiq). Dari kyai China tersebut Ja’far Shadiq berguru mengenai arti dari ketekunan dan juga kedisiplinan dalam mencapai impian yang ingin diraih. Ini tentu menjadi modal yang besar dalam dakwah Ja’far Shadiq dimana dia harus menghadapi rakyat yang masih beragama Hindu dan Buddha.
Kisah Sunan Kudus
Sunan Kudus

Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) dalam dakwahnya termasuk pendukung dari gagasan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga , dimana seni administrasi dakwahnya yaitu sebagai berikut

  1. Tidak menggunakan jalur kekerasan , artinya biarlah masyarakat hidup dengan kepercayaan yang dulu dan sulit dirubah.
  2. Adat istiadat lama yang mudah diubah maka akan segera diubah sesuai dengan aliran Islam.
  3. Mengikuti setiap adab istiadat yang telah berkembang di masyarakat serta menyisipkan aliran agama Islam di dalamnya.
  4. Menghindari konfrontasi secara eksklusif dalam membuatkan agama Islam.

Tantangan yang dihadapi oleh Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) dalam membuatkan agama Islam yaitu dia harus berhadapan dengan rakyat yang kebanyakan beragama Hindu dan Buddha serta mereka masih memegang teguh kepercayaan yang lama. Suatu hari Ja’far Shadiq membeli seekor sapi dan ditambatkan di depan rumah. Secara otomatis penduduk setempat penasaran mau diapakan sapi tersebut. Di dalam agama Hindu sapi merupakan hewan yang suci dan dilarang untuk disembelih. Setelah rakyat berkumpul di halaman rumah Ja’far Shadiq , tibalah dia untuk bicara bahwa dirinya melarang kepada masyarakat untuk menyakiti apalagi hingga menyembelih hewan sapi , karena ketika dia masih kecil pernah ditolong oleh sapi yaitu dengan disusui ketika dia hampir mati kehausan.
Dari dongeng tersebut , rakyat hindu eksklusif takjub dan menyangka bila Ja’far Shadiq merupakan titisan dari Dewa Wisnu. Mereka pun semakin antusias dengan ceramah yang akan disampaikan oleh Ja’far Shadiq. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) menambahkan bahwa larangan menyembelih sapi terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan perkataanya tersebut rakyat semakin tertarik dan ingin tahu lebih lengkap dari keterangan yang diberikan Ja’far Shadiq.

Simpati dari masyarakat telah didapatkan dan Ja’far Shadiq pun semakin mudah untuk mengIslamkan mereka. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) mendirikan sebuah masjid yang bentuknya menyerupai dengan candi-candi Hindu. Dengan begitu rakyat tidak merasa canggung bila memasuki masjid tersebut dan bersedia untuk mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Ja’far Shadiq.
Untuk menarik simpati dari masyarakat yang beragama buddha , Ja’far Shadiq
mempunyai trik yang menarik yaitu dengan membuat daerah berwudhu yang setiap pancurannya terdapat arca kepala Kerbau Gumarang di atasnya. Strategi ini pun berhasil membuat masyarakat beragama Buddha penasaran dan mulai memasuki masjid untuk mendengarkan keterangan dari Ja’far Shadiq.

Dalam membuatkan agama Islam Ja’far Shadiq ini pernah mengalami kegagalan dalam mengumpulkan masyarakat yang masih memegang adab istiadat dan kepercayaan lama. Lalu Ja’far Shadiq mengamati masyarakat jawa yang kental dengan tradisinya yaitu adanya tradisi mitoni atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai upacara tujuh bulanan. Ja’far Shadiq ingin merubah kebiasaan tersebut menjadi sesuai dengan agama Islam. Jika biasanya upacara tersebut berupa seruan kepada tuhan semoga diberikan anak yang ganteng menyerupai Arjuna atau yang indah menyerupai Dewi Ratih , maka kebiasaan tersebut diubah menjadi seruan yang eksklusif kepada Tuhan S.W.T semoga diberikan anak yang ganteng menyerupai Nabi Yusuf atau anak perempuan yang indah menyerupai Siti Maryam . dengan begitu ayah dan ibu harus sering-sering membaca Surat Yusuf dan Surat Mariam yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Untuk memperkenalkan cara berwudhu , maka Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) mengundang masyarakat untuk menghadiri program mitoni istrinya yang diselenggarakan di masjid. Karena syarat yang diberikan untuk masuk ke masjid dengan membasuh tangan dan kaki maka masyarakat keberatan dan banyak yang tidak hadir. Kemudian dengan menunjukkan sedikit pengetahuan perihal aliran tauhid , mereka perlahan mau membasuh tangan dan kaki terlebih dahulu sebelum masuk ke masjid. Meskipun cara tersebut sempat gagal namun , Ja’far Shadiq tetap berusaha keras semoga caranya berhasil. Di dalam masjid dia memberikan dakwahnya secara arif , sehingga masyarakat semakin dibuat penasaran dan ingin mendengarkan ceramahnya lagi. Lama-kelamaan kebiasaan ini semakin berlanjut dan masyarakat sekitar menjadi mengenal berwudhu. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) diperkirakan wafat pada tahun 1550 Masehi.

Itulah keteladanan dari kisah Ja’far Shadiq yang tak pernah gentar untuk membuatkan agama Islam walaupun pernah gagal namun dia tetap gigih dalam memperjuangkan agama Islam.

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)