Cerita si ikan dan bangau

cerita si ikan dan bangau , ada danau yang sangat luas,disitu tinggallah sekelompok burung bangau putih yang setiap hari memangsa ikan-ikan yang ada di danau itu. Mulanya di danau tersebut banyak sekali ikan. Namun, setelah sekelompok burung bangau mendatangi dan menetap di sekitar danau, perlahan namun pasti habislah ikan-ikan yang selalu ada di dalam danau. akan Tetapi ada seekor ikan yang selalu bersembunyi dibalik bebatuan yang ada di danau tersebut, sehingga ia terhindar dari ancaman burung bangau.

Karena di danau itu mulai sepi dari ikan-ikan, ada sekelompok burung bangau tersebut ingin pergi mencari tempat lain. Diutuslah sekelompok kecil burung bangau untuk mencari tempat baru yang masih lumayan banyak ikannya.

Setelah terbang cukup lama sekali, merekapun berhasil menemukan danau lain yang ternyata masih banyak ikan yang menghuni di tempat itu. Mereka pun kemudian terbang kembali untuk memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya yang lain. Pada Akhirnya mereka semua bersepakat untuk meninggalkan danau tersebut. Berbondong-bondong mereka terbang melewati banyak pulau, sungai, dan hutan-hutan. Akhirnya, sampailah mereka di danau yang sangat indah dan masih banyak ikan dan binatang lain yang bisa dijadikan santapan mereka.

Namun seketika, tanpa mereka sadari di danau yang lama masih tertinggal seekor burung bangau tua yang enggan meninggalkan danau . Setelah sekelompok burung bangau itu pergi, seekor ikan yang semula selalu bersembunyi mulai berani muncul dan berenang kesana kemari meskipun hatinya sedih kerena tidak ada teman seekor ikan pun. Ia masih berharap sebentar lagi dirinya akan segera bertelur dan setelah menetas kelak danau ini akan dipenuhi ikan-ikan lagi. Ikan tersebut terus asyik berenang kian kemari, tetapi tiba-tiba ia terkejut ketika melihat di pinggir danau masih ada seekor burung bangau yang tertinggal. Dari kejauhan ikan pun memberanikan diri untuk menyapanya. “Hai burung bangau! Kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kelompokmu sudah pergi jauh meninggalkan danau ini? Apakah kamu masih ingin memangsaku? Sehingga danau ini menjadi mati dan tak berpenghuni?” Tanya ikan. Burung bangaupun menjawab dengan ramah, “Hei ikan! Jangan takut denganku, aku akan tinggal di danau ini sampai akhir hayatku karena aku sudah tua. Aku tidak akan memangsamu, aku ingin memangsa yang lain yang ada disekitar danau ini, “ujar bangau.

Tanpa ia sadari, ikan tersebut meneteskan air matanya. Ia sangat berterima kasih pada burung bangau tua tersebut dan ikan pun berkata, “Burung bangau yang baik, sebentar lagi aku akan bertelur dan anak-anakku akan menetas. Aku ingin danau ini dipenuhi ikan lagi. Sehingga suatu saat nanti menjadi sebuah danau yang bisa dinikmati keindahannya oleh siapapun yang berkunjung kesini,”ujar ikan. Bangau yang mendengar perkataan ikan pun terharu dan mengerti akan sebuah kebaikan. Akhirnya, ikan pun menghilang, bersembunyi disela-sela batu. Ternyata ikan itu sedang bertelur. Sempat danau itu sepi bak tak berpenghuni, dan bangau tua itu pun sempat khawatir dengan keberadaan si ikan.

Hari demi hari dilalui bangau dalam kesendirian. Sampai pada suatu saat, menetaslah semua anak ikan. Sang Bangau belum juga menyadari aada perubahan apa di dalam danau, karena ikan-ikan itu masih sangat kecil. Sebulan telah berlalu, mulailah anak-anak ikan bisa dilihat dengan mata, karena mereka sudah mulai sadar bahwa ikan yang selama ini tidak menampakkan diri ternyata sedang bertelur dan mengasuh anak-anaknya sampai mereka bisa mencari makan sendiri. Kini induk ikan merasa senang karena di dalam danau itu mulai banyak penghuninya. Dan ia teringat pula tentang keberadaan bangau tersebut. Masih adakah? Atau sudah mati?


Ternyata, di suatu pagi yang cerah, ia masih dipertemukan dengan sang bangau tua itu, lalu induk ikan pun menyapanya. Dengan perasaan haru ia melihat keadaan sang bangau yang terlihat makin tua. Hampir setiap hari bangau itu berdiri di atas batu di tepi danau, memandang jauh kedepan seolah hidup ini sangat melelahkan.

Akhirnya, saat berbincang dengan induk ikan, ia pun berkata, “Sahabatku ikan, aku sudah lelah manghadapi hidup ini. Jika suatu saat datang ajalku di atas batu ini, semoga pengunjung disini berminat membuat patung bangau di atas batu ini dan menguburku di tepi danau ini mengerti bahwa dahulu kala danau ini pernah dihuni oleh sekelompok burung bangau.”


Ternyata apa yang dikatakan burung bangau pun menjadi kenyataan, 7 hari setelah bangau tua dan induk ikan berbincang, burung bangau tua itu menerima ajalnya tepat di atas batu. Badannya terbujur kaku, dan induk ikan yang setiap hari menemani burung bangau itu pun terkejut melihat jasad sang bangau tua itu tergolek diatas batu. Menangislah induk ikan tersebut, dikumpilkalah anak-anaknya dan ia pun berucap pada mereka, “Anak-anakku, kau melihat apa yang ada di atas batu? Itu adalah jasad seekor burung bangau yang sangat baik hati. Ia tidak memangsaku, tetapi ia memberi kesempatan aku dan kalian untuk bisa hidup dan berkembang biak. Karena itu pengunjung yang datang bisa menikmati keindahan danau ini.”

Setelah hari beranjak siang, mulailah pengunjung mendatangi danau itu dan mereka masih sempat menyaksikan jasad burung bangau di atas batu dan mereka bersepakat untuk menguburkan burung bangau itu di tepi danau. Ternyata di antara pengunjung ada seorang seniman yang berniat membangun patung bangau di atas batu tersebut.

Setelah beberapa waktu, patung itu selesailah sudah. Legalah hati induk ikan karena apa yang diinginkan sahabatnya terwujud sudah. Akhirnya, danau itu banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan dikenal dengan julukan “Danau yang Berikan Jinak”. Karena ikan yang ada di danau itu akrab dengan para pengunjung dan pengunjung pun tidak ada yang bermaksud menangkap atau memancingnya. Mereka membiarkan ikan-ikan itu hidup bebas dan berkembang biak.

Cerita Kura-kura jahat dan ikan Baik

Cerita Kura-kura jahat dan ikan Baik. pada jaman dahulu kala, hidup seekor ikam mas disebuah sungai. Ia mempunyai banyak teman, seperti katak, udang, dam kura-kura. Ikan mas sangat jujur, dermawan, pandai dan baik hati, ia selalu siap membantu binatang lain. Suatu hari, ikan mas melihat benda aneh. “Apakah itu?” pikirnya ingin tahu, sebenarnya benda aneh itu adalah perangkap untuk menangkap ikan. Ikan yang masuk ke dalamnya akan terperangkap. 


Tiba-tiba datang seekor kura-kura.” Tidaklah kamu melihat benda aneh ini, wahai kura-kura?” Tanya ikan mas.”Oh, itu perangkap makanan,” kata kura-kura, ”Jika kamu masuk ke dalamnya, kamu akan mendapatkan banyak sekali makanan!”. “Wowww! Saya harus masuk ke dalamnya,” piker ikan mas. Ia melihat beberapa ikan kecil berenang masuk ke dalam perangkap. Akan tetapi, ketika ikan kecil itu tidak keluar lagi, ikan mas kuatir. Tidak lama kemudian datanglah seekor ikan lele.”Tunggu!teriak ikan lele pada ikan mas, “itu adalah perangkap yang diletakan di sana untuk menangkap kita!” Oh, terimaksih telah menyelamatkan saya,” kata ikan mas, “kura-kura itu pembohong. Ia telah menipuku!” ikan lele lalu berenang menemui kura-kura dan memarahi kura-kura. “maafkan saya,” ujar kura-kura.



 “kami sebaiknya lebih berhati-hati lagi dan waspada,” ikan lele menasehati si ikan mas, “Bahaya ada ditrmpat yang tak terduga.”saya tidak menyangka perbuatan curang dari kura-kura, “kata ikan mas, “saya akan berhati-hati.” Suatu hari dating seorang nelayan. Ia memasang cacing dimata kailnya sebagai umpan. Kemudian, sambil duduk dipinggir kali, nelayan menjatuhkan umpannya kedalam sungai untuk menangkap ikan. Jauh didalam sungai, kura-kura melihat umpan itu. Ia segera memanggil ikan mas. “makanya yang lezat!” ujat kura-kura, menunjuk ke cacing. “saya tidak mempercayaimu!” ujar ikan mas. “Oh, tidak dapatkah kamu melihat sendiri?” teriak kura-kura

 “itu adalah seekor cacing, bukan sebuah perangkap makanan, mungkin!” ikan mas sekali lagi termakan godaan. Ia berenang kea rah cacing dan mencaploknya. Tiba-tiba ikan mas tertarik ke atas dan mendarat ditangan nelayan. Melihat hal itu, ikan-ikan merasa cemas. Ia bermaksud menghukum kura-kura yang jahat. Akhirmya kura-kura mendapat balasan. Ia tertangkap kedalam jarring-jaring nelayan dan dibawah pergi

Kisah ikan emas ajaib

Kisah ikan emas ajaib. di sebuah pulau bernama Buyan, tinggal sepasang kakek dan nenek yang sangat miskin. Pekerjaan si Kakek adalah mencari ikan di laut. Meski hampir setiap hari kakek pergi menjala ikan, namun hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.
ajaib

Suatu hari ketika si Kakek sedang menjala ikan, tiba-tiba jalanya terasa sangat berat. Seperti ada ikan raksasa yang terperangkap di dalamnya.“Ah, pasti ikan yang sangat besar,” pikir si Kakek.

Dengan sekuat tenaga si Kakek menarik jalanya. Namun ternyata tidak ada apapun kecuali seekor ikan kecil yang tersangkut di jalanya. Rupanya ikan kecil itu bukan ikan biasa, badannya berkilau seperti emas dan bisa berbicara seperti layaknya manusia.“Kakek, tolong lepaskan aku. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu!” kata si Ikan Emas.

Si kakek berpikir sejenak, lalu katanya, “Aku tidak memerlukan apapun darimu, tapi aku akan melepaskanmu. Pergilah!”Kakek melepaskan ikan emas itu kembali ke laut, lalu dia pun kembali pulang. Sesampainya di rumah, Nenek menanyakan hasil tangkapan Kakek.“Hari ini aku hanya mendapatkan satu ekor ikan emas, dan itu pun sudah aku lepas kembali,” kata Kakek, “aku yakin kalau itu adalah ikan ajaib, karena dia bisa berbicara. Katanya dia akan memberiku imbalan jika aku mau melepaskannya.”

“Lalu apa yang kau minta,” tanya Nenek.“Tidak ada,” kata Kakek.“Oh, alangkah bodohnya!” seru Nenek. “Setidaknya kau bisa meminta roti untuk kita makan. Pergilah dan minta padanya!”Maka dengan segan kakek kembali ke tepi pantai dan berseru:“Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!”.Tiba-tiba si Ikan Emas muncul di permukaan laut. “Apa yang kau inginkan, kek?” katanya.

“Istriku marah padaku, berikan aku roti untuk makan malam, maka dia akan memaafkanku!” pinta si Kakek. “Pulanglah! Aku telah mengirimkan roti yang banyak ke rumahmu,” kata si Ikan.Maka pulanglah si kakek. Setibanya di rumah, didapatinya meja makan telah penuh dengan roti.

Tapi istrinya masih tampak marah padanya, katanya:“Kita telah punya banyak roti, tapi wastafel kita rusak, aku tidak bisa mencuci piring. Pergilah kembali ke laut, dan mintalah ikan ajaib memberikan kita wastafel yang baru!” kata Nenek.Terpaksa si Kakek kembali ke tepi laut dan berseru:“Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari…. Kabulkan keinginan kami! “Ups!” Ikan Emas muncul, “Apa lagi yang kau inginkan, Kek?”

“Nenek menyuruhku memintamu agar memberikan kami wastafel yang baru,” pinta Kakek.“Baiklah,” kata Ikan. “Kau boleh memiliki wastafel baru juga.”Si Kakek pun kembali pulang. Belum lagi menginjak halaman, si Nenek sudah menghadangnya.“Pergilah lagi! Mintalah pada si Ikan Emas untuk membuatkan kita sebuah rumah baru. Kita tidak bisa tinggal di sini terus, rumah ini sudah hampir roboh.”

Maka si Kakek pun kembali ke tepi laut dan berseru:“Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!”Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?”

“Buatkanlah kami rumah baru!” pinta Kakek, “istriku sangat marah, dia tidak ingin tinggal di rumah kami yang lama karena rumah itu sudah hampir roboh.”“Tenanglah, Kek! Pulanglah! Keinginanmu sudah kukabulkan.”

Kakek pun pulang. Sesampainya di rumah, dilihatnya bahwa rumahnya telah menjadi baru. Rumah yang indah dan terbuat dari kayu yang kuat. Dan di depan pintu rumah itu, Nenek sedang menunggunya dengan wajah yang tampak jauh lebih marah dari sebelumnya.

“Dasar Kakek bodoh! Jangan kira aku akan merasa puas hanya dengan membuatkanku rumah baru ini. Pergilah kembali, dan mintalah pada Ikan Emas itu bahwa aku tidak mau menjadi istri nelayan. Aku ingin menjadi nyonya bangsawan. Sehingga orang lain akan menuruti keinginanku dan menghormatiku!”Untuk kesekian kalinya, si Kakek kembali ke tepi laut dan berseru:“Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!”

Dalam sekejap ikan emas itu muncul di hadapan si kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?”“Istriku tidak bisa membuatku tenang. Dia bahkan semakin marah. Katanya dia sudah lelah menjadi istri nelayan dan ingin menjadi nyonya bangsawan,” pinta Kakek.“Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata Ikan Emas.

Alangkah terkejutnya si Kakek ketika kembali ternyata kini rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang megah. Terbuat dari batu yang kuat, tiga lantai tingginya, dengan banyak sekali pelayan di dalamnya. Si Kakek melihat istrinya sedang duduk di sebuah kursi tinggi sibuk memberi perintah kepada para pelayan.

“Halo istriku,” sapa si Kakek.“Betapa tidak sopannya,” kata si Nenek. “Berani sekali kau mengaku sebagai suamiku. Pelayan! Bawa dia ke gudang dan beri dia 40 cambukan!”Segera saja beberapa pelayan menyeret si Kakek ke gudang dan mencambuknya sampai si Kakek hampir tidak bisa berdiri. Hari berikutnya istrinya memerintahkan Kakek untuk bekerja sebagai tukang kebun. Tugasnya adalah menyapu halaman dan merawat kebun.“Dasar perempuan jahat!” pikir si kakek. “Aku sudah memberikan dia keberuntungan tapi dia bahkan tidak mau mengakuiku sebagai suaminya.”

Lama kelamaan si Nenek bosan menjadi nyonya bangsawan, maka dia kembali memanggil si Kakek: “Hai lelaki tua, pergilah kembali kepada ikan emasmu dan katakan ini padanya: aku tidak mau lagi menjadi nyonya bangsawan, aku mau menjadi ratu.”Maka kembalilah si kakek ke tepi laut dan berseru:“Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!”Dalam sekejap Ikan Emas itu muncul di hadapan si Kakek, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?”

“Istriku semakin keterlaluan. Dia tidak ingin lagi menjadi nyonya bangsawan, tapi ingin menjadi ratu.”“Baiklah. Pulanglah! Keinginanmu sudah dikabulkan!” kata ikan emas.Sesampainya kakek di tempat dulu rumahnya berdiri, kini tampak olehnya sebuah istana beratap emas dengan para penjaga berlalu lalang. Istrinya yang kini berpakainan layaknya seorang ratu berdiri di balkon dikelilingi para jenderal dan gubernur. Dan begitu dia mengangkat tangannya, drum akan berbunyi diiringi musik dan para tentara akan bersorak-sorai.

Setelah sekian lama, si nenek kembali bosan menjadi seorang ratu. Maka dia memerintahkan para jenderal untuk menemukan si Kakek dan membawanya ke hadapannya. Seluruh istana sibuk mencari si Kakek. Akhirnya mereka menemukan Kakek di kebun dan membawanya menghadap ratu.“Dengar lelaki tua! Kau harus pergi menemui ikan emasmu! Katakan padanya bahwa aku tidak mau lagi menjadi ratu. Aku mau menjadi dewi laut sehingga semua laut dan ikan-ikan di seluruh dunia menuruti perintahku.”

Kakek terkejut mendengar permintaan istrinya, dia mencoba menolaknya. Tapi apa daya nyawanya adalah taruhannya, maka dia terpaksa kembali ke tepi laut dan berseru:

Wahai Ikan Emas Ajaib, datanglah kemari… Kabulkan keinginan kami!Kali ini si Ikan Emas tidak muncul di hadapannya. Kakek mencoba memanggil lagi, namun si ikan emas tetap tidak mau muncul di hadapannya. Dia mencoba memanggil untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba laut mulai bergolak dan bergemuruh. Dan ketika mulai mereda muncullah si Ikan Emas, “Apa yang kau inginkan lagi, Kakek?”

“Istriku benar-benar telah menjadi gila,” kata Kakek. “Dia tidak mau lagi menjadi ratu tapi ingin menjadi dewi laut yang bisa mengatur lautan dan memerintah semua ikan.”Si Ikan Emas terdiam dan tanpa mengatakan apapun dia kembali menghilang ke dalam laut.

Si Kakek pun terpaksa kembali pulang. Dia hampir tidak percaya pada penglihatannya ketika menyadari bahwa istana yang megah dan semua isinya telah hilang. Kini di tempat itu, berdiri sebuah gubuk reyot yang dulu ditinggalinya. Dan di dalamnya duduklah si Nenek dengan pakaiannya yang compang-camping. Mereka kembali hidup seperti dulu. Kakek kembali melaut.Namun seberapa kerasnya pun dia bekerja. hasil yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Dongeng Ikan mujair dan ular

Dongeng Ikan mujair dan ular. Di sebuah hutan, terdapat rawa yang dihuni oleh beberapa jenis ikan. Di antaranya adalah sekelompok ikan mujair yang hidupnya sangat tenteram dan bahagia. Namun ketenangan mereka terganggu sejak seekor ular merah, atau si Merah sering mencari mangsa di tepi sungai. Ular selalu memakan apa pun yang dapat ia makan, termasuk ikan mujair yang hidup di sungai.
Suatu hari ular sedang berjalan dengan perut lapar. Kebetulan semalam hujan turun dengan deras, sehingga air sungai meluap.


“Ahhh…karena sungai banjir, semua makananku pasti habis terbawa arus sungai,” keluh si Merah. Matanya berusaha mengawasi rawa-rawa sambil tetap berjalan pelan. Matanya bersinar ketika melihat seekor anak mujair ada di rawa. Dengan sigap si Merah menangkap anak mujair dan memakannya. Setelah si Merah kenyang, ia segera pulang ke rumahnya.



Sementara orang tua ikan mujair sangat sedih setelah tahu kalau anaknya dimakan oleh si Merah. Beberapa hari kemudian si Merah kembali datang ke rawa dengan tujuan mencari makan untuknya juga untuk anak-anaknya. Tiba-tiba muncullah ayah mujair. “Hai, si Merah. Mengapa kau memangsa anakku? Apakah kau lupa akan perjanjian kita, bahwa di antara ikan dan ular tidak boleh saling memangsa?” Si Merah segera teringat sebuah perjanjian yang pernah dijelaskan oleh ibunya. Antara ular dan ikan memang tidak boleh saling memangsa. Kalau ada yang melanggar, maka ia akan celaka.
“Aku tiii…tidak lupa !” jawab si Merah takut. “Lalu kenapa kau memakan anakku?” si Merah tidak dapat menjawab. Seluruh tubuhnya benar-benar gemetar. Ia takut kalau nanti akan mendapat celaka karena telah melanggar perjanjian.
“Sebagai gantinya kau harus menyerahkan salah satu anakmu pada kami. Hutang nyawa harus dibayar nyawa!”
“Baiklah, aku akan serahkan anakku.” Keesokan harinya ular datang kembali sambil membawa salah satu anaknya. Dengan sangat terpaksa ia menyerahkan anaknya itu pada ikan mujair. Untunglah ikan mujair tidak membunuh anak ular itu. Ikan mujair hanya mengurung anak ular itu dan suatu saat akan dikembalikan lagi kepada induknya. Mulai saat itu si Merah tidak berani lagi memakan ikan mujair. Ia juga selalu mengingatkan anak-anaknya agar tidak memangsa ikan mujair.