cerita sang Elang dan kura-kura

Ada Seekor kura-kura yang sedang berjemur di sebuah batu yang datar di samping sebuah kolam besar. Ia memperhatikan ada seekor elang gagah terbang tinggi di angkasa naik ke atas awan-awan, tinggi sekali. Sekarang tampak si elang hanya seperti titik kecil di angkasa. Setelah berapa lama kemudian, burung itu melayang turun dan selanjutnya bertengger di bebatuan dekat dengan si kura-kura.

"Halooo," kata si elang dengan ramahnya, "bagaimana kabarmu hai kura?" ,"Ohhh hai, aku pasti baik-baik saja jika bisa terbang tinggi," kura-kura itu menjawab dengan menghembuskan nafas berat dan sedikit kecut. "Aku bosan merayap terus di tanah. Aku ingin terbang tinggi di angkasa seperti dirimu wahai elang!"


Burung elang yang bijak itupun berusaha untuk menasihati si kura-kura, tetapi kura-kura itu hanya menatap sayap-sayap elang yang tertutup bulu lalu berkata si kura itu, "Ajarkan aku untuk terbang dan aku akan memberimu harta karun yang terpendam di dalam kolam ini." kemudian Elang lalu mencengkeram kura-kura itu dengan cakarnya yang kuat dan membawa kura terbang tinggi, dan semakin tinggi jauh ke angkasa. Mereka terbang beberapa kilometer jauhnya, menembus awan di langit dan terbang rendah di atas pucuk pohon.
"Sekarang," seru si elang lebih keras dari deru angin, "kamu sudah tahu caranya kan kura!" Kemudian ia melonggarkan cengkeramannya dan melepaskan kura-kura itu untuk "terbang" di udara. Kura kura itu jatuh bebas meluncur di angkasa, berputar-putar tidak tentu arah. Akhirnya ia jatuh hancur berkeping-keping di bebatuan di samping kolamnya.
"si Kura-kura tua yang malang," kata sang elang itu sambil terbang melayang pergi. "Dia pasti sekarang masih hidup jika dia menikmati hidupnya tinggal di kolam yang indah itu."

Kisah lebah baik dan elang sombong

Kisah lebah baik dan elang sombong. Di sebuah hutan, hidup berbagai hewan. Mereka tinggal sebagaimana layaknya siklus kehidupan. Ada yang saling menolong, ada yang saling memangsa. Semua dilakukan karena itulah pola kehidupan, sehingga kehidupan terus bergulir dan menciptakan keharmonisan.

maka Tinggallah sekelompok lebah di sebuah pohon tua. Lebah terkenal sebagai makhluk yang giat bekerja. Mereka membentuk koloni-koloni untuk mengumpulkan serbuk bunga dan menjadikannya jelly dan madu untuk menghidupi sang ratu dan cadangan makanan bagi bayi-bayi lebah.

si Lebah mengenal sistem, ratu, pejantan dan pekerja dengan tugas yang berbeda. Para lebah pekerja menjadi pasukan pencari serbuk bunga tidak pernah lelah bekerja. Mereka mencari bunga-bunga di berbagai pelosok hutan. Hingga pada suatu waktu, seekor lebah pekerja bertemu dengan seekor burung elang yang sedang mencari makan untuk anak-anaknya yang baru menetas.“Hai lebah kecil, sedang apa kau di pinggir hutan?” tanya sang elang.“Aku sedang mencari serbuk bunga dan menghisap madu, persediaan madu kami hampir habis,” ujar sang lebah pekerja.

Sang elang terbahak-bahak dengan suara sombong, “Sudahlah, kenapa harus capek-capek bekerja dengan tubuhmu yang kecil itu. Apa kau tidak sayang dengan tubuhmu? Kalian para lebah tidak seperti kami. Elang adalah makhluk yang kuat dan tangguh walaupun hidup seorang diri,”

Mendengar hal itu, sang lebah pekerja tersenyum, “Justru karena tubuh kami kecil, kami harus hidup bersama lebah yang lain untuk saling bekerja sama. Kami jadi mengerti arti sebuah kerja sama, dan kami bersyukur,”Sang elang tidak mau kalah, “Lalu kenapa kamu mau menjadi lebah pekerja? Kenapa kamu tidak hidup sendiri saja. Ratumu pasti malas dan hanya diam di sarang, disuapi setiap saat oleh lebah pekerja, bukankah itu tidak adil? Kami para elang selalu mandiri dan mencari makan untuk diri kami sendiri, tidak pernah menyusahkan elang lain,”

Sang lebah kembali tersenyum, “Kami para lebah pekerja tidak pernah merasa kesusahan atau dimanfaatkan. Kami ikhlas bekerja untuk ratu kami dan para pejantan. Mungkin mereka terlihat malas, tetapi tanggung jawab untuk meneruskan keturunan para lebah ada di tangan mereka, itu adalah tanggung jawab yang berat,” ujar sang lebah bijaksana. “Kami percaya bahwa Tuhan itu adil, dia menciptakan kami dengan sistem seperti ini pasti ada manfaatnya. Dan Tuhan menciptakan elang yang mandiri juga pasti ada manfaatnya. Benar kan?”Sang elang hanya mengangguk dan menyadari betapa bijak sang lebah.

Karena matahari sudah makin tinggi, sang lebah berpamitan agar bisa kembali bekerja dan mendapatkan serbuk bunga untuk di bawa ke sarangnya.