Home » , , » cerita ular dan Penebang kayu

cerita ular dan Penebang kayu

Cerita ular dan penebang kayu. Hujan salju begitu lebat. Begit juga di desa Pak Penebang Kayu. Salju turun dengan berlapis-lapis dan lebatnya. Semua atap rumah, lumbung pangan, kandang-kandang berselimut salju. Pagar, ladang, tanaman, dan pepohonan.Cucuran air dari atap membeku dan keliat dingin. Air di dalam tong juga membeku. Selokan membeku. Bahkan sungai membeku keras seperti es batu. Udara teramat dingin menggigit tubuh.


Bapak Penebang Kayu seorang yang sangat rajin. Walau dinginnya menggigit ia tetap pergi ke hutan memotong pohon untuk kayu bakar. Dia mengenakan mantel yang tebal. Topi bulu menutupi kedua daun telinganya. Sepatu bulu yang tebal membungkus kedua kakinya. Ia memanggul kapak dan melangkah keluar pintu. Kaki-kakinya berat melangkah menembus salju setinggi lutut. Uap mengepul-ngepul menghembus keluar dari cuping hidungnya.

Setelah sekian lama bekerja di hutan, bapak Penebang Kayu melangkah pulang. Di tepi hutan ia melihat di kejauhan sesuatu yang panjang berwarna hitam melintang membujur di tengah jalan setapak. Ia merasa penasaran dengan benda itu, lalu mendekatinya dengan penuh rasa ingin tahu. Ternyata si benda hitam dan panjang itu adalah seekor ular yang kaku membeku kelihatan tak bergerak. Pak Penebang Kayu seorang yang baik hati, ia lalu memungut ular itu dan memasukkannya dalam kantung yang ia bawa.


Setibanya di rumah, dia duduk di kursi dekat perapian. Dia mengeluarkan kantungnya dan meletakkan ular beku itu di dekat api yang hangat. Anak-anaknya berkerubung mengelilinginya. Perlahan ular itu menggoyangkan sisi ekornya, lalu menggerakkan badannya menggeliat perlahan. Anak-anak pun bergembira melihat ular itu bisa bergerak kembali. Anak laki-laki kecil yang paling berani mengulurkan tangannya dan membelai tubuh ular itu.

Tetapi apa yang terjadi? Ular itu menyeringai, membuka mulutnya menunjukkan dua taring tajamnya yang mengerikan. Ia mendesis, meliuk liukkan kepalanya hendak memagut tangan si kecil. Pak Penebang Kayu yang waspada melompat dari duduknya, meraih kapak dan memukul kepala ular itu hingga pingsan.

Bapak Penebang Kayu membawa ular itu ke halaman. Dia melemparkan ular itu jauh ke seberang jalan. Udara masih dingin membeku dan salju masih tetap turun. "Ah!" kata Pak Penebang kayu dengan sedih, "dasar binatang yang tak tahu berterimakasih!"

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)