Dari Yupiter bersama ratu mengagumkan Alcmena, lahirlah di suatu kota di Thebes
seorang bayi laki laki yang kemudian diberi nama Hercules. Yupiter amat
mencintainya dan telah menetapkan untuk menyebabkan ia suatu makhluk yang
sempurna. Demikianlah semestinya akan terjadi, andaikan saja Juno tidak mulai
membencinya dengan bengis. Dewi Juno begitu iri terhadap bayi itu sehingga
ketika bayi itu masih berada di dalam buaian, ia mengutus dua ular raksasa agar
membelitnya hingga mati. Tetapi dikala melihat kedua ular tersebut, Hercules
bangkit dan menghadapi mereka dengan berani, lalu mencekik keduanya.
Herculas begitu berpengaruh dan angkuh, dan sayangnya ia juga begitu mudah marah,
sehingga Juno tak henti hentinya menggunakan kelemahannya ini untuk
membangkit bangkitkan kemarahannya. Pada suatu hari, terjadilah suatu peristiwa
yang menyedihkan, yaitu dikala Hercules melemparkan kecapi kepada gurunya
sampai si guru tewas. Dengan dukacita Alcmena menghukum anaknya dengan cara
membuangnya dari istana dan mempercayakannya kepada penggembala yang hidup di
gunung gunung. Bukannya menyesal Hercules malah merasa bahagia. Ia belajar
berburu, memanah, dan tidak takut baik terhadap kegelapan malam, hirau taacuh yang
mencekam, maupun binatang buas.
Pada suatu hari, dalam petualangannya ia hingga pada suatu persimpangan. Ada
dua gadis di sana, dan rupa rupanyadannbsp; memang sedang menantikan dia. Seorang
di antaranya yang masih muda dan mengagumkan sambil tersenyum berkata
kepadanya, “Hercules, gue yaitu sang Sukacita. Datang dan berjalanlah di
jalanku yang terbuat dari rumput lembut dan bunga bungaan, pada ujungnya ada
kekayaan dan kebahagiaan.”
Gadis yang lain yang tidak muda dan tidak mengagumkan lagi tanpa senyum
berkata kepadanya, “Hercules, gue yaitu sang Keutamaan. Datang dan berjalanlah
di jalanku yang terbuat dari watu dan kerikil tajam,dannbsp; pada ujungnya ada
kemuliaan yang tak akan pernah pudar.”
“Aku ikut kau,” sahut Hercules.
Jalan Hercules ke arah kemuliaan sungguh amat sulit. Ketika ia sedang marah,
Juno membuat matanya berkilat kilat membara. Pada suatu kesempatan yang bodoh
seperti itu Hercules hingga hati membunuh istri dan kedua anaknya. Ia menjadi
sedih dan menangis berkepanjangan dikala kemarahannya sudah reda, tetapi bahkan
para tuhan pun telah dibuat marah oleh kejahatan yang telah diperbuatnya itu.
Oleh alasannya yaitu itu, untuk memohon pengampunan, Hercules pergi ke Delphi. Di sana
ada seorang imam wanita, Pitia namanya (artinya sang Kepercayaan), yang karena
ilham Apollo dapat meramalkan masa yang akan datang. Berkatalah Pitia,
“Pergilah ke kota Tiryn, Hercules, dan abdikanlah dirimu kepada raja
Eurystheus, pamanmu, yang akan meletakkan pada bahumu dua belas derita dan
kesusahan. Kalau kau telah menanggung dan menyelesaikan semuanya, kau akan
mendapatkan pengampunan dari para tuhan ”
Hercules barngkat dan memulai perjalanannya dan dikala ia memasuki istana
Tiryn, Eurystheus yang pemalu dan penakut itu menjadi amat ketakutan. Sambil
menenangkan Eurystheus, Hercules berkata,”Aku datang untuk mengabdikan diri
kepadamu.”
Dengan maksud menjauhkan Hercules dari dirinya, dan sedapat mungkin
mengusahakan semoga jangan hingga ia datang lagi, Eurystheus berkata, “Kalau
begitu, pergilah ke hutan di Nemea. Di sana ada seekor singa yang meghabiskan
domba domba dan mencabik cabik para gembala. Bunuhlah singa itu, dan bawalah
kulitnya kepadaku.”
“Perintahmu akan kutaati,” jawab Hercules. Lalu pergilah ia, dan segera sampai
di tempat Nemea.
Seorang penduduk tempat itu berkata kepadanya, “Tidak tahukah kau bahwa singa
itu tak dapat dilukai, alasannya yaitu kulitnya keras menyerupai baju baja?”
“Aku tak khawatir akan hal itu ” jawab Hercules, lalu masuklah ia ke dalam
hutan. Ketika binatang buas yang dimaksud itu melihat dia, ia melompat
menghadang Hercules. Hercules menghatamnya dengan tangan kosong, dan akhirnya
berhasil menjepit singa itu, kemudian… cekik, cekik, dan terus dicekiknya
singa itu hingga mati…
seorang bayi laki laki yang kemudian diberi nama Hercules. Yupiter amat
mencintainya dan telah menetapkan untuk menyebabkan ia suatu makhluk yang
sempurna. Demikianlah semestinya akan terjadi, andaikan saja Juno tidak mulai
membencinya dengan bengis. Dewi Juno begitu iri terhadap bayi itu sehingga
ketika bayi itu masih berada di dalam buaian, ia mengutus dua ular raksasa agar
membelitnya hingga mati. Tetapi dikala melihat kedua ular tersebut, Hercules
bangkit dan menghadapi mereka dengan berani, lalu mencekik keduanya.
Herculas begitu berpengaruh dan angkuh, dan sayangnya ia juga begitu mudah marah,
sehingga Juno tak henti hentinya menggunakan kelemahannya ini untuk
membangkit bangkitkan kemarahannya. Pada suatu hari, terjadilah suatu peristiwa
yang menyedihkan, yaitu dikala Hercules melemparkan kecapi kepada gurunya
sampai si guru tewas. Dengan dukacita Alcmena menghukum anaknya dengan cara
membuangnya dari istana dan mempercayakannya kepada penggembala yang hidup di
gunung gunung. Bukannya menyesal Hercules malah merasa bahagia. Ia belajar
berburu, memanah, dan tidak takut baik terhadap kegelapan malam, hirau taacuh yang
mencekam, maupun binatang buas.
Pada suatu hari, dalam petualangannya ia hingga pada suatu persimpangan. Ada
dua gadis di sana, dan rupa rupanyadannbsp; memang sedang menantikan dia. Seorang
di antaranya yang masih muda dan mengagumkan sambil tersenyum berkata
kepadanya, “Hercules, gue yaitu sang Sukacita. Datang dan berjalanlah di
jalanku yang terbuat dari rumput lembut dan bunga bungaan, pada ujungnya ada
kekayaan dan kebahagiaan.”
Gadis yang lain yang tidak muda dan tidak mengagumkan lagi tanpa senyum
berkata kepadanya, “Hercules, gue yaitu sang Keutamaan. Datang dan berjalanlah
di jalanku yang terbuat dari watu dan kerikil tajam,dannbsp; pada ujungnya ada
kemuliaan yang tak akan pernah pudar.”
“Aku ikut kau,” sahut Hercules.
Jalan Hercules ke arah kemuliaan sungguh amat sulit. Ketika ia sedang marah,
Juno membuat matanya berkilat kilat membara. Pada suatu kesempatan yang bodoh
seperti itu Hercules hingga hati membunuh istri dan kedua anaknya. Ia menjadi
sedih dan menangis berkepanjangan dikala kemarahannya sudah reda, tetapi bahkan
para tuhan pun telah dibuat marah oleh kejahatan yang telah diperbuatnya itu.
Oleh alasannya yaitu itu, untuk memohon pengampunan, Hercules pergi ke Delphi. Di sana
ada seorang imam wanita, Pitia namanya (artinya sang Kepercayaan), yang karena
ilham Apollo dapat meramalkan masa yang akan datang. Berkatalah Pitia,
“Pergilah ke kota Tiryn, Hercules, dan abdikanlah dirimu kepada raja
Eurystheus, pamanmu, yang akan meletakkan pada bahumu dua belas derita dan
kesusahan. Kalau kau telah menanggung dan menyelesaikan semuanya, kau akan
mendapatkan pengampunan dari para tuhan ”
Hercules barngkat dan memulai perjalanannya dan dikala ia memasuki istana
Tiryn, Eurystheus yang pemalu dan penakut itu menjadi amat ketakutan. Sambil
menenangkan Eurystheus, Hercules berkata,”Aku datang untuk mengabdikan diri
kepadamu.”
Dengan maksud menjauhkan Hercules dari dirinya, dan sedapat mungkin
mengusahakan semoga jangan hingga ia datang lagi, Eurystheus berkata, “Kalau
begitu, pergilah ke hutan di Nemea. Di sana ada seekor singa yang meghabiskan
domba domba dan mencabik cabik para gembala. Bunuhlah singa itu, dan bawalah
kulitnya kepadaku.”
“Perintahmu akan kutaati,” jawab Hercules. Lalu pergilah ia, dan segera sampai
di tempat Nemea.
Seorang penduduk tempat itu berkata kepadanya, “Tidak tahukah kau bahwa singa
itu tak dapat dilukai, alasannya yaitu kulitnya keras menyerupai baju baja?”
“Aku tak khawatir akan hal itu ” jawab Hercules, lalu masuklah ia ke dalam
hutan. Ketika binatang buas yang dimaksud itu melihat dia, ia melompat
menghadang Hercules. Hercules menghatamnya dengan tangan kosong, dan akhirnya
berhasil menjepit singa itu, kemudian… cekik, cekik, dan terus dicekiknya
singa itu hingga mati…
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)