Dongeng Bunga Cengkeh dan Kerajaan Bernafas Bau | Dongeng Anak Terbaru

Dongeng Bunga Cengkeh dan Kerajaan Bernafas Bau - Pada zaman dahulu kala , ada sebuah kerajaan yang cukup makmur dan besar. rakyat mereka hidup dengan kaya dan hasil panen yang melimpah. tapi alasannya yakni mereka suka merusak alam dan tidak suka menjaga kebersihan , Yang Mahakuasa mengirim wabah kepada mereka dengan membuat nafas mereka menjadi sangat bau. Hal tersebut tentu membuat mereka sangat malu untuk berbicara satu sama lain. Bahkan sang raja juga para puteri kerajaan juga mendapat dampaknya. Tentu saja hal ini membuat seisi kerajaan menjadi bingung. Kerajaan yang biasa hari-harinya di penuhi dengan keramaian dan canda riang , kini menjadi sunyi senyap ibarat kota mati. Para penduduk hanya menggunakan bahasa instruksi untuk saling bertegur sapa , dan hanya berbicara bila memang bener-benar terdesak. Hal tersebut tidak dapat lepas dari rasa malu mereka alasannya yakni memiliki nafas yang sangat bau.

Sang raja juga sudah mencoba untuk mencari solusi. Dia pernah mengumpulkan para pejabat , cendikiawan , dan para ilmuwan-ilmuwan kerajaan untuk dapat mencari solusinya bersama-sama. Tapi mereka tak dapat solusi apapun , alasannya yakni semua orang yang ada di ruangan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun alasannya yakni malu pada wangi verbal yang mereka miliki. Hingga sang raja hampir putus asa di buatnya. Dan mulai dikala itulah sang raja sadar , bahwa ini yakni tanggapan dari Yang Mahakuasa alasannya yakni kelalaian mereka dalam menjaga anugerah yang di berikan oleh Yang Mahakuasa kepada mereka. Hingga pada suatu hari sang raja berdo'a semoga Yang Mahakuasa mau memaafkan semua kesalahanya dan semua rakyatnya. Dan ia berjanji untuk memperbaiki kesalahan-kesalahanya di masa silam. Dia meminta semoga Yang Mahakuasa mengirimkan obat untuk dapat menyembuhkan mereka.

Dan Yang Mahakuasa yang maha pengasih dan pemurah mengabulkan doa sang raja. Hingga pada suatu pagi yang cerah , sang puteri ingin jalan-jalan ke luar istana untuk dapat menikmati udara segar. Hingga sampailah sang puteri yang di temani oleh para pelayanya di sebuah taman. Lalu tiba-tiba ada seekor burung yang hinggap di ranting-ranting pohon. Burung itu bernyanyi dengan indahnya. Dia berkicau memamerkan bunyi merdunya pada dunia dan setiap orang yang mendengarnya. Sang puteri hanya dapat melihat burung itu dengan pandangan takjub.Lalu ahirnya burung itupun kembali terbang membumbung tinggi ke angkasa. tapi sebelum ia pergi , burung itu menjatuhkan setangkai bunga yang cukup mungil. Karena merasa tertarik , sang puteri pun mengambil bunga itu. Dia termakan pada aroma bunga itu yang begitu segar , dan ahirnya ia memakanya.

Lalu keajaiban terjadi... Beberapa hari setelah sang puteri memakan bunga itu , nafasnya tak lagi menjadi bau. Nafasnya kini berkembang menjadi harum dan sangat segar. Menyadari akan hal itu , sang puteri pun mengutarakan hal itu pada ayahnya. Mendengar dongeng dari puterinya , sang raja lalu memerintahkan para pengawal untuk mencari bunga yang sama ibarat yang di makan oleh sang puteri. Para penagawal pun mencari bunga itu sebanyak-banyaknya dan membagi ke seluruh antero negeri. Dan benar saja , setelah mereka memakanya.. Wabah penyakit nafas wangi tersebut menjadi hilang. Karena merasa bersyukur , karenanya sang raja memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menanam bunga itu. Dan pada kemudian hari , bunga itu menjadi hasil kerajaan yang memiliki harga yang cukup tinggi dan di jual ke aneka macam negeri tetangga. Dan bunga itu yakni bunga cengkeh.

Dari dongeng di atas dapat kita petik pesan yang tersirat yang begitu banyak. Salah satunya yakni jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan alam dan lingkungan , dan jangan pula merusak alam. Karena semua itu yakni anugerah dari sang pencipta yang harus selalu kita jaga. Jika kita lalai , maka tak ada jaminan kita akan mendapat petaka alasannya yakni kesalahan kita sendiri. Dan pesan lain yang di sampaikan , jangan takut untuk mencoba hal-hal yang baru. Karena mampu jadi , hal tersebut akan membawa manfaat yang begitu besar di kemudian hari.


Di tulis Oleh: Muhammad Rifai