Cerita Anak Muslim Kisah si Ravi Yang Sabar - Kisah anak muslim kali ini bercerita perihal seorang anak yang berjulukan Ravi. Ravi sangat pintar bahkan ia selalu menjadi juara pertama terus di sekolahnya. Ia selalu membantu orang tuanya berjualan di pasar sebelum ia berangkat sekolah. Sebelum pergi ke pasar untuk membantu orang tuanya, ia selalu menyempatkan untuk shalat subuh berjamaah di mesjid akrab kawasan tinggalnya.
Setelah membantu orang tuanya berjualan di pasar, ia lalu pergi berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah ia pribadi berguru sebelum bel sekolah berbunyi. Ia sangat rajin dan pandai. Di kelas ia selalu menjadi sahabat yang baik dan paling sering membantu temannya yang sedang kesusahan. Tipe Ravi ialah anak Indonesia yang selalu menjadi perhatian banyak orang. Selain pintar ia juga selalu menjadi pemimpin di kelasnya.
Sepulang sekolah Ravi selalu di temani oleh sepedanya yang sudah jelek sekali. Ia tidak khawatir jikalau teman-temanya selalu mengejek sepeda bututnya. Karena ia selalu berprinsip jikalau sepedanya memang butut akan tetapi masih mampu dipakai, jadi buat apa membeli yang baru.
Suatu hari si Ravi sedang berjalan pulang sekolah, namun ban belakang sepedanya kempes sehingga ia tidak mampu meneruskan perjalanan ke rumahnya, terpaksa ia harus berjalan kaki sambil menuntun sepedanya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek yang sedang beristirahat di tepi jalan. Si kakek ternyata sedang beristirahat melepas lelah siang itu. Dilihatnya oleh si Ravi jikalau si kakek ialah seorang penjual daun jati.
Kemudian dihampirinya si kakek penjual daun jati tersebut, "Assalamu'alaikum kek.., kakek sedang apa disini?" tanya Ravi. "wa'alaikum salam cu, ohh...kakek sedang beristirahat disini, oh ya apakah kau tahu dimana letak mushalla terdekat dari sini?" tanya si kakek kepada si Ravi.
"kalau mushalla itu masih jauh kek, kira-kira 30 menit berjalan kaki" kata si Ravi menjawab pertanyaan si kakek.
"Kenapa dengan sepedamu cu, sepedamu kok ibarat sepeda usang dan tidak layak pakai ?" tanya si kakek. "Ah tidak kek, ini cuma kempes kok, gue masih mampu berjalan kok, lagi pula ini sepeda kesayanganku" kata si Ravi menjawab dengan melihat ke arah ban belakangnya yang kempes. Tak lama kemudian si kaki bangun dari duduknya dan berkata, "Apakah kau mampu membantu kakek membawakan daun jati dalam pikulan ini?", si Ravi melongok pikulan kakek itu yang berisi daun jati yang sangat banyak.
"oh mampu kek, tentu" kata Ravi. "Mau dibawa kemana kek daun jati ini?" tanya Ravi kembali.
"Daun jati ini ingin gue antar ke rumah seorang pedagang kota di ujung kampung ini, maukah kau membantu kakek?" tanya kakek itu sekali lagi. "Siap kek, dengan senang hati" Ravi menjawab dengan sigap.
"Tapi bagaimana dengan ban sepeda mu yang masih kempes?" si kakek meragukan Ravi. "tenang kek, di ujung jalan sana ada bengkel sepeda, mungkin mereka punya pompa untuk ban sepedaku" kata si Ravi.
Tidak lama kemudian si Ravi segera menaikkan daun jati yang ada didalam pikulan kakek itu ke bab belakang sepedanya. Lalu ia terus menuntun sepedanya ke bengkel sepeda yang tidak jauh dari situ. Kemudian setelah ban nya terisi angin, ia mulai mengayuh sepedanya dengan lancar.
Ravi tidak peduli dengan panas dan terik siang itu, padahal ia harus pulang ke rumah untuk shalat dan segera ke pasar kembali untuk membantu orang tuanya membereskan toko mereka di pasar.
Sesampainya di ujung jalan, ternyata si kakek sudah hingga terlebih dahulu. Ravi agak kaget, namun ia tidak ambil pusing, di bukanya tali pengikat pikulan daun jati dan ditaruhnya di atas tanah. "ini kek daun jatinya, nah sekarang gue pamit yah, mau pulang dulu, alasannya ialah waktu shalat Zuhur sudah hampir tiba" si Ravi pamitan kepada si kakek. "terima kasih ya cu, atas derma mu, kau anak yang tabah sekali" si kakek berkata kepada Ravi.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga balasannya suatu ketika Ravi sedang bekerja di toko orang tuanya, ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang ke tokonya. Dijawabnya salam orang tadi, lalu orang tadi bertanya "Apakah ini tokonya Ravi?" kata orang itu kepada Ravi. "ya pak ini toko saya, saya berjulukan Ravi" si Ravi menjawab pertanyaan orang itu. "Maaf ini ada titipan barang untuk mu" kata si orang itu, ternyata orang itu ialah seorang kurir yang mengirimkan sesuatu barang kepada Ravi.
"Barang apa pak" si Ravi makin penasaran. "Tolong tanda tangan disini, de" pinta si kurir. kemudian Ravi menandatangani surat serah terima yang ada amplopnya. Kemudian isi amplop itu ia baca. "Terima kasih cu, kau telah membantu kakek waktu itu, nah sebagai hadiahnya gue berikan kepadamu sepeda baru, untuk menggantikan sepeda butut-mu yang sudah usang itu" demikian isi surat dalam amplop itu berbunyi.
Sontak si Ravi kaget bukan kepalang, ternyata kakek yang ia tolong waktu itu ialah saudagar kaya yang sering membantu orang-orang yang sedang kesusahan, Kakek itu memang sering menyamar untuk mampu menolong orang yang miskin dan sedang dalam kesulitan. Akhirnya Ravi senang sekali menerima hadiah sepeda gres dari si kakek penolong.
Hikmah Dongeng Sebelum Tidur Kisah Kera Dan Ayam yang pastinya seru, menarik dan lucu. Salam
Sumber http://www.dongenganakindonesia1.com
Setelah membantu orang tuanya berjualan di pasar, ia lalu pergi berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah ia pribadi berguru sebelum bel sekolah berbunyi. Ia sangat rajin dan pandai. Di kelas ia selalu menjadi sahabat yang baik dan paling sering membantu temannya yang sedang kesusahan. Tipe Ravi ialah anak Indonesia yang selalu menjadi perhatian banyak orang. Selain pintar ia juga selalu menjadi pemimpin di kelasnya.
Sepulang sekolah Ravi selalu di temani oleh sepedanya yang sudah jelek sekali. Ia tidak khawatir jikalau teman-temanya selalu mengejek sepeda bututnya. Karena ia selalu berprinsip jikalau sepedanya memang butut akan tetapi masih mampu dipakai, jadi buat apa membeli yang baru.
Baca juga kisah anak Dongeng Anak Cerita si Boncel Anak Sakti
Suatu hari si Ravi sedang berjalan pulang sekolah, namun ban belakang sepedanya kempes sehingga ia tidak mampu meneruskan perjalanan ke rumahnya, terpaksa ia harus berjalan kaki sambil menuntun sepedanya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek yang sedang beristirahat di tepi jalan. Si kakek ternyata sedang beristirahat melepas lelah siang itu. Dilihatnya oleh si Ravi jikalau si kakek ialah seorang penjual daun jati.
Kemudian dihampirinya si kakek penjual daun jati tersebut, "Assalamu'alaikum kek.., kakek sedang apa disini?" tanya Ravi. "wa'alaikum salam cu, ohh...kakek sedang beristirahat disini, oh ya apakah kau tahu dimana letak mushalla terdekat dari sini?" tanya si kakek kepada si Ravi.
"kalau mushalla itu masih jauh kek, kira-kira 30 menit berjalan kaki" kata si Ravi menjawab pertanyaan si kakek.
"Kenapa dengan sepedamu cu, sepedamu kok ibarat sepeda usang dan tidak layak pakai ?" tanya si kakek. "Ah tidak kek, ini cuma kempes kok, gue masih mampu berjalan kok, lagi pula ini sepeda kesayanganku" kata si Ravi menjawab dengan melihat ke arah ban belakangnya yang kempes. Tak lama kemudian si kaki bangun dari duduknya dan berkata, "Apakah kau mampu membantu kakek membawakan daun jati dalam pikulan ini?", si Ravi melongok pikulan kakek itu yang berisi daun jati yang sangat banyak.
"oh mampu kek, tentu" kata Ravi. "Mau dibawa kemana kek daun jati ini?" tanya Ravi kembali.
"Daun jati ini ingin gue antar ke rumah seorang pedagang kota di ujung kampung ini, maukah kau membantu kakek?" tanya kakek itu sekali lagi. "Siap kek, dengan senang hati" Ravi menjawab dengan sigap.
"Tapi bagaimana dengan ban sepeda mu yang masih kempes?" si kakek meragukan Ravi. "tenang kek, di ujung jalan sana ada bengkel sepeda, mungkin mereka punya pompa untuk ban sepedaku" kata si Ravi.
Tidak lama kemudian si Ravi segera menaikkan daun jati yang ada didalam pikulan kakek itu ke bab belakang sepedanya. Lalu ia terus menuntun sepedanya ke bengkel sepeda yang tidak jauh dari situ. Kemudian setelah ban nya terisi angin, ia mulai mengayuh sepedanya dengan lancar.
Ravi tidak peduli dengan panas dan terik siang itu, padahal ia harus pulang ke rumah untuk shalat dan segera ke pasar kembali untuk membantu orang tuanya membereskan toko mereka di pasar.
Sesampainya di ujung jalan, ternyata si kakek sudah hingga terlebih dahulu. Ravi agak kaget, namun ia tidak ambil pusing, di bukanya tali pengikat pikulan daun jati dan ditaruhnya di atas tanah. "ini kek daun jatinya, nah sekarang gue pamit yah, mau pulang dulu, alasannya ialah waktu shalat Zuhur sudah hampir tiba" si Ravi pamitan kepada si kakek. "terima kasih ya cu, atas derma mu, kau anak yang tabah sekali" si kakek berkata kepada Ravi.
Waktu berlalu dengan cepat, hingga balasannya suatu ketika Ravi sedang bekerja di toko orang tuanya, ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang ke tokonya. Dijawabnya salam orang tadi, lalu orang tadi bertanya "Apakah ini tokonya Ravi?" kata orang itu kepada Ravi. "ya pak ini toko saya, saya berjulukan Ravi" si Ravi menjawab pertanyaan orang itu. "Maaf ini ada titipan barang untuk mu" kata si orang itu, ternyata orang itu ialah seorang kurir yang mengirimkan sesuatu barang kepada Ravi.
"Barang apa pak" si Ravi makin penasaran. "Tolong tanda tangan disini, de" pinta si kurir. kemudian Ravi menandatangani surat serah terima yang ada amplopnya. Kemudian isi amplop itu ia baca. "Terima kasih cu, kau telah membantu kakek waktu itu, nah sebagai hadiahnya gue berikan kepadamu sepeda baru, untuk menggantikan sepeda butut-mu yang sudah usang itu" demikian isi surat dalam amplop itu berbunyi.
Sontak si Ravi kaget bukan kepalang, ternyata kakek yang ia tolong waktu itu ialah saudagar kaya yang sering membantu orang-orang yang sedang kesusahan, Kakek itu memang sering menyamar untuk mampu menolong orang yang miskin dan sedang dalam kesulitan. Akhirnya Ravi senang sekali menerima hadiah sepeda gres dari si kakek penolong.
Baca juga kisah anak pemuda miskin yang suka sedekah
Hikmah Dongeng Sebelum Tidur Kisah Kera Dan Ayam yang pastinya seru, menarik dan lucu. Salam
Sumber http://www.dongenganakindonesia1.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)