Ayah yang bijaksana |
Perjalanan yang cukup jauh membuat ayah dan anak itu cukup kelelahan. Hingga tanpa sengaja sang anak terpeleset dan hampir jatuh. Dengan spontan anak itu berteriak alasannya kaget. “ Waaaaahhhhh...”. tapi sang ayah dengan cekatan merenggut tangan anaknya dan membantunya untuk kembali berdiri. Anak itu tertegun , ada sesuatu yang di fikirkanya. Dia ingin mencoba lagi. “Haaaaaaiiiiiiii....”. teriak anak itu dari atas gunung. Lalu dari kejauhan terdengar bunyi yang sama membalas teriakanya.” Haaaaaaiiiii...”. anak itu semakin penasaran.
“Siaaapaaaaa kaaaammmuuuuuu...?”. teriaknya lagi. Dan dari kawasan yang jauh pun terdengar hal yang sama pula “ Siaaapaaaaa kaaammmuuuuu...? “. Anak itu semakin tak mengerti , beliau semakin di buat penasaran oleh asal dari bunyi itu. “ Aku bertanya pada mu , siapa nama mu?”. Teriak anak itu lagi. Dan lagi-lagi beliau mendapat tanggapan yang serupa. Anak itu di buat jengkel oleh bunyi yang tak terang itu.
“ Kamu tuli ya? Kamu gila?”. Teriak anak itu lagi. Tapi tanggapan yang beliau terima tetap sama dengan apa yang di ucapkanya. Anak itu semakin jengkel. “Kamu menghina ku ya? Ku adukan sama ayah ku jikalau kau berani..”. teriaknya lagi. Dan lagi-lagi beliau mendapat tanggapan yang serupa. Melihat tingkah polah anaknya , sang ayah hanya mampu tersenyum. Kemudian beliau memanggil anaknya itu untuk mendekat. “Nak.. seharusnya kau teriak begini.. Kamu tampan.. kau baik.. kau anak yang manis..”. Kata ayahnya.
Sang anak pun menuruti kata-kata ayahnya. Dan anehnya , beliau mendengar bunyi di seberang sana juga memuji-muji dia. Karena rasa penasaran , sang anak pun lalu bertanya pada ayahnya. “ Sebenarnya beliau itu siapa yah? Kenapa beliau menjiplak semua yang gue katakan?’. Tanya sang anak. Sang ayah pun lalu menjelaskan.. “ Itu yakni gema bunyi nak.. gema dari bunyi mu yang di pantulkan oleh tebing dan lembah di gunung ini. Dia membalas tiap apa yang kau katakan. Jika kau berkata baik , maka beliau juga akan menjawab baik. Jika kau berkata buruk , maka beliau pun akan menjawab hal yang buruk pula. Karena beliau tercipta dari apa yang kau katakan sendiri”.
“Begitupun hidup.. dalam kehidupan , kau akan menuai apa yang kau tanam. Jika kau berbuat baik pada sesama , maka kau akan mendapat akhir yang baik pula. Jika kau berbuat jahat pada sesama , maka kau pun akan mendapat akhir yang serupa juga”. Jelas sang ayah. Dan anak itu pun mulai mengerti makna dari sebuah kehidupan. Karena bergotong-royong , kehidupan yakni gambaran dari imbal balik apa yang kita lakukan.
Story by: Muhammad Rifai
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)