Koin Emas |
Tapi kakak itu ialah orang yang sangat pelit , serakah , dan sombong. Meski saudaranya hidup susah dan kelaparan , beliau tak pernah perduli. Baginya yang terpenting ialah memiliki harta melimpah dan bergelimang kemewahan. Tapi si adik sadar betul akan sifat kakaknya itu. Oleh alasannya ialah itu , sesulit apapun kehidupanya.. beliau tak pernah mengeluh dan meminta derma pada kakaknya. Karena beliau tahu , pasti kakaknya akan menolak menunjukkan bantuan.
Pada suatu hari si suami dari keluarga miskin itu pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar sebagaimana hari-hari biasanya. Tak lupa beliau membawa mantel hujan kesayanganya untuk jaga-jaga kalau turun hujan. Meski hari sangat terik , mantel hujan itu tetap di bawanya. Sebuah mantel sederhana yang di rangkai dari daun ilalang kering yang di rajut dengan tali.
Sebagaimana kebiasaanya pula , beliau selalu menaruh mantel hujanya di atas sebuah watu besar di erat tempatnya mencari kayu bakar , dan beliau sendiri memunguti ranting dan kayu di sekitar tempat itu. Setelah di rasa kayu yang di dapatnya cukup , beliau kemudian mengikat kayu itu dengan tali kemudian memanggulnya di bahu. Hari sudah beranjak sore , alasannya ialah lelah.. si suami tersebut duduk istirahat di erat watu yang beliau gunakan untuk menaruh mantelnya.
Tapi dikala beliau sedang asik bertistirahat menikmati angin sepoi-sepoi , tiba-tiba beliau mendengar suara..
“Hai anak muda.. tolong angkat mantel mu dari atas badan ku , gue merasa sangat kepanasan. Tipa hari kau menaruh mantel di atas ku. Kau tak tahu bagaimana rasanya panas dan lembab yang ku rasa. Ambil segera mantel mu , maka gue akan member mu hadiah..”. kata bunyi itu.
Tentu saja si miskin itu menjadi kaget dan ketakutan. Karena beliau mendengar bunyi , tapi tak satupun orang beliau temui di tempat itu.
“Si.. siapakah yang bicara pada ku? Apakah hantu?”. Kata si miskin tergagap.
“Hahaha.. kau ini memang cowok yang lucu. Aku di sini , tertutup mantel hujan mu. Aku bukan hantu , gue adalah batu yang ada di bawahnya”. Jawab watu asing itu.
“Dengan badan gemetar alasannya ialah takut , si miskin mengambil mantelnya dari watu asing itu.
“Ma.. ma’af.. gue tak bermaksud mengusik ketenangan mu. Aku ke sini hanya untuk bekerja mencari kayu bakar..”. kata si miskin masih ketakutan.
“Sudahlah.. kau tak usah takut pada ku. Aku tak akan menyakiti mu. Aku ialah watu ajaib. Sudah ratusan tahun lamanya gue tinggal di sini. Karena kemampuan ku yang asing , banyak orang mencari eksistensi ku. Aku tahu kau ialah cowok yang rajin dan baik hati. Kamu sangat tekun , gue selalu memperhatikan mu setiap hari. Oleh alasannya ialah itu , gue akan member mu hadiah menyerupai yang ku janjikan..”. kata watu asing itu.
“Hadiah? Hadiah apa?”. Tanya si miskin mulai terbiasa dan tak takut lagi.
“Besok kau datanglah lagi ke sini dengan membawa karung yang panjangnya tiga hasta. Maka besok kau akan tahu sendiri hadiah apa yang gue berikan”. Kata watu asing itu.
Si miskin itu hanya bisa menuruti kemauan watu ajaib. Dia ingin menolak proposal itu , tapi takut kalau penolakanya akan membuat watu itu marah. Ahirnya , si miskin itupun pulang ke rumahnya. Lalu pada keesokan harinya beliau kembali ke tempat itu dengan membawa karung yang panjangnya tiga hasta.
“Bukalah verbal karung mu lebar-lebar , lalu dekatkan kea rah ku”. Kata watu asing itu.
Si miskin pun menurutinya. Tak di sangka , watu itu kemudian membuka menyerupai sebuah mulut. Dan dari verbal watu itu keluar banyak sekali uang emas yang hamper memenuhi isi karung itu.
“Apakah ini sudah cukup bagi mu?”. Tanya watu ajaib.
“Wah.. sepertinya ini lebih dari cukup. Apa pemberian mu ini tak terlalu banyak?”. Kata si miskin dengan polosnya.
“Hahaha.. kau ini memang cowok yang baik. Kebanyakan orang akan bilang kalau apa yang ku berikan sekarang masih kurang”. Kata watu asing itu.
“Sudah.. sudah.. terimakasih watu asing , ini sudah lebih dari cukup untuk ku’. Kata si miskin kemudian berpamitan untuk pulang.
Setelah kejadian itu , si adik yang miskin itu kini berkembang menjadi kaya raya. Memiliki rumah yang cukup megah dan harta yang melimpah. Tapi semua itu ternyata tak membuatnya berubah. Dia tetap rendah hati dan baik hati pada sesama. Melihat adiknya yang tiba-tiba kaya mendadak , si kakak yang pelit dan serakah pun menjadi penasaran. Dia lalu mengunjungi adiknya itu dan bertanya bagaimana beliau menerima harta sebanyak itu. Dengan lugunya si adik pun menjelaskan dari mana beliau mendapat harta itu pada kakaknya.
Setelah mendapat isu dari adiknya , paginya si kakak pergi ke hutan. Dia akal-akalan mencari kayu bakar , dan tak lupa beliau juga membawa mantel hujan menyerupai yang di lakukan adiknya. Dia pun melaksanakan hal yang sama menyerupai adiknya , tapi bedanya beliau memiliki niat licik yang terselubung. Sebentar-sebentar beliau mendekati watu itu sambil berkata.. “Wah.. udaranya begitu panas.. gue jadi merasa kepanasan”. Katanya. Berulang kali beliau mengulangi hal serupa , tapi watu itu tetap membisu tak ada respon sama sekali.
Lama-lama si kakak yang serakah itu menjadi jengkel.. “Aku akan memaksa mu untuk bicara”. Kata si kakak serakah dalam hati.
Dia lalu mengumpulkan beberapa watu kecil dan menumpuknya di atas watu asing itu. “Wah.. apa masih kurang panasdan kurang berat. Ayo bicara..!! kalau tidak , akan ku carikan watu yang lebih besar”. Katanya mengancam.
Ahirnya alasannya ialah tak tahan , watu asing itupun bicara..
“Baiklah.. baiklah.. singkirkan semua watu dan mantel hujan mu dari atas badan ku , maka gue akan member mu hadiah. Besok , datanglah kau ke sini dengan membawa karung yang panjangnya tiga hasta’’. Kata batu ajaib.
Mendengar balasan dari watu asing itu , si kakak yang serakah itupun menjadi sangat senang. Dia lalu menyingkirkan semua watu dan mentel hujanya lalu pulang ke rumahnya. Pada keesokan harinya , beliau kembali lagi ke tempat itu dengan membawa karung yang panjangnya tiga hasta. Sebagaimana adiknya dulu , karungnya pun di isi dengan banyak koin emas oleh watu asing itu , bahkan hamper penuh.
“Apakah sudah cukup?” Tanya watu ajaib.
“Belum.. masih kurang , ayo tambahkan lagi..”. kata si kakak yang serakah itu.
Lalu watu asing itupun kembali mengeluarkan koin emas. Bahkan hingga karunng itu penuh..
“Apakah sudah cukup sekarang?”. Tanya watu ajaib.
“Masih belum.. ayo tambah lagi”. Jawab si kakak serakah.
Batu ajib pun kemudian kembali mengeluarkan koin emas dari mulutnya , kali ini hingga karung itu sudah sangat penuh dan hamper robek..
“Apakah sekarang sudah cukup?”. Tanya watu asing lagi.
“Masih belum.. ayo tambahkan lagi..”. kata si serakah itu.
“aku sudah tak memiliki koin emas lagi. Semua sudah habis.. “. Jawab watu ajaib.
“Ah.. tidak mungkin..!! kau pasti bohong. Aku akan mengambilnya sendiri..”. kata si kakak serakah sambil memasukan tanganya ke verbal watu ajaib.
Tapi dikala tanganya masuk ke dalam verbal watu asing , verbal watu itu tertutup dengan rapat. Sehingga tanganya terjebak tak bisa di keluarkan. Sudah banyak sekali daya upaya beliau lakukan untuk melepaskan diri , tapi beliau tetap tak bisa melepaskanya.
Ahirnya.. kakak yang serakah itupun terjebak di tempat itu. Kehujanan , kepanasan , dan tiap hari isterinya dating untuk mengantar makanan untuknya. Hal tersebut berjalan hingga tiga tahun. Semua hartanya habis , alasannya ialah tiap hari di gunakan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya tanpa ada kepala keluarga yang bekerja.
“Pak.. kita sudah tak memiliki apa-apa lagi untuk di jual. Aku tak tahu hingga kapan persediaan makanan kita cukup”. Kata isterinya pada suatu hari.
Mendengar perkataan isterinya.. si suami menjadi sangat sedih. Dia merasa kasihan pad keluarga yang selama ini merawatnya , lebih-lebih isterinya yang sangat setia.
“Aku minta ma’af bu.. ini semua alasannya ialah salah ku. Jika saja dulu gue tak terlalu serakah , pasti keadaan kita tak akan begini. Kalau begitu , lebih baik gue memotong tangan ku ini dari pada membuat mu susah terus..”. kata si suami.
Tiba-tiba dikala si suami yang serakah itu menyatakan penyesalanya , verbal watu asing itupun terbuka. Dan dengan segera si suami serakah yang telah sadar itu menarik tanganya. Kemudioan beliau dan isterinya lari meninggalkan tempat itu tanpa berani kembali lagi. Hikmah dari kisah ini tentu sudah dapat kita fahami. Bahwa keserakahan ialah sifat yang dapat merugikan diri sendiri di kemudian hari. Dan penyesalan selalu datang terlambat..
THE END
Story By: Muhammad Rifai
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)