Kisah Abu Nawas Yang Gila dan Lucu - Abu Nawas yaitu seorang sufi besar yang memiliki banyak kisah-kisah konyol. Akan tetapi , di balik kekonyolanya selalu memiliki arti dan makana tersendiri yang akan terjawab di ahir kisahnya. kisah humor bubuk nawas ini sengaja Blog dongeng terbaru hadirkan , di kutip dari buku Abu Nawas si penggeli hati , tanpa mengubah isi atau alur dongeng yang ada. Hanya share untuk di ambil pesan tersirat sama-sama. Nah sobat bog dongeng terbaru semua , selamat menikmati Kisah Humor Abu Nawas si penggeli hati berikut ini. :)
Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini sufi , tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah remaja ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia mencar ilmu bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia jago bahasa Arab dan budbahasa istiadat dan kegemaran orang Arab" , la juga akil bersyair , berpantun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya , namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya , keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.
Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas yaitu Penghulu Kerajaan Baghdad berjulukan Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah bau tanah itu sakit parah dan karenanya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur mayit bapaknya itu sebagaimana budbahasa Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan mayit hingga mengkafani , menyalati dan mendo'akannya , maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.
Namun... demi mendengar rencana sang Sultan.
Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak bermetamorfosis gila.
Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya menyerupai kuda , ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak belum dewasa kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak belum dewasa bermain rebana dan bersuka cita.
Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu , mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.
Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana." kata wazir utusan Sultan.
"Buat apa sultan memanggilku , saya tidak ada keperluan dengannya."jawab Abu Nawas dengan entengnya menyerupai tanpa beban.
"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata menyerupai itu kepada rajamu."
"Hai wazir , kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?" kata wazir
"Katakan kepada rajamu , saya sudah tahu maka saya tidak mau." kata Abu Nawas.
"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.
"Sudah pergi sana , bilang saja begitu kepada rajamu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang menyerupai tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Dengan geram Sultan berkata ,"Kalian ndeso semua , hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa beliau kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."
Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
"Abu Nawas bersikaplah sopan!" tegur Baginda.
"Ya Baginda , tahukah Anda....?"
"Apa Abu Nawas...?"
"Baginda... terasi itu asalnya dari udang !"
"Kurang asuh kau menghinaku Nawas !"
"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?"
Baginda merasa dilecehkan , ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya. "Hajar beliau ! Pukuli beliau sebanyak dua puluh lima kali"
Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu karenanya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika hingga di pintu gerbang kota , ia dicegat oleh penjaga.
"Hai Abu Nawas! Tempo hari saat kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu episode , saya satu bagian. Nah , sekarang mana bagianku itu?"
"Hai penjaga pintu gerbang , apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?"
"lya , tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?"
"Baik , saya berikan semuanya , bukan hanya satu bagian!"
"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu , kau kan sudah sering mendapatkan hadiah dari Baginda."
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila. Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja , ia terus melangkah pulang ke rumahnya.Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.
"Ya , Tuanku Syah Alam , ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."
Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"
Berkata Abu Nawas ,"Ampun Tuanku , hamba melakukannya karena sudah sepatutnya beliau mendapatkan pukulan itu."
"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan alasannya musababnya kau memukuli orang itu?" tanya Baginda.
"Tuanku ,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa kalau hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu episode untuknya satu episode untuk saya. Nah pagi tadi hamba mendapatkan hadiah dua puluh lima kali pukulan , maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya."
"Hai penunggu pintu gerbang , benarkah kau telah mengadakan perjanjian menyerupai itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Benar Tuanku ,"jawab penunggu pintu gerbang.
"Tapi hamba tiada menerka kalau Baginda menunjukkan hadiah pukulan."
"Hahahahaha IDasar tukang peras , sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tiada bersalah , bahkan sekarang saya tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad yaitu orang yang suka narget , suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh saya akan memecat dan menghukum kamu!"
"Ampun Tuanku ,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.
Abu Nawas berkata ,"Tuanku , hamba sudah lelah , sudah mau istirahat , tiba-tiba diwajibkan hadir di daerah ini , padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."
Sejenak Baginda melengak , terkejut atas protes Abu Nawas , namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak , "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas."
Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan menunjukkan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap absurd dan bahkan semakin nyentrik menyerupai orang gila sungguhan.
Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para menterinya.
"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?"
Wazir atau perdana meneteri berkata ,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi." Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.
"Tuanku , Abu Nawas telah menjadi gila karena itu beliau tak layak menjadi kadi."
"Baiklah , kita tunggu dulu hingga dua puluh satu hari , karena bapaknya gres saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja."
Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila , maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.
Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang berjulukan Polan yang semenjak lama berambisi menjadi Kadi , la menghipnotis orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui kalau ia diangkat menjadi Kadi , maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.
"Alhamdulillah saya telah terlepas dari balak yang mengerikan. Tapi. ,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi , kenapa tidak yang lain saja."
Mengapa Abu Nawas bersikap menyerupai orang gila?
Ceritanya begini.. Pada suatu hari saat ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.Berkata bapaknya ,
"Hai anakku , saya sudah hampir mati. Sekarang ciumlah indera pendengaran kanan dan indera pendengaran kiriku."
Abu Nawas segera menuruti undangan terakhir bapaknya. la cium indera pendengaran kanan bapaknya , ternyata berbau harum , sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"
"Benar Bapak!"
"Ceritakankan dengan sejujurnya , baunya kedua telingaku int."
"Aduh Pak , sungguh mengherankan , indera pendengaran Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"
"Hai anakku Abu Nawas , tahukah apa sebabnya mampu terjadi begini?"
"Wahai bapakku , cobalah ceritakan kepada anakmu ini."
Berkata Syeikh Maulana "Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang saya dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena saya tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama , namun kalau kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk logika supaya kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak mampu tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi."
Nan , itulah sebabnya Abu Nawas akal-akalan menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri supaya tidak diangkat menjadi kadi , seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya menyerupai hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun beliau sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
Sumber: Buku Kisah Abu Nawas si penggeli hati
Siapakah Abu Nawas? Tokoh yang dinggap badut namun juga dianggap ulama besar ini sufi , tokoh super lucu yang tiada bandingnya ini aslinya orang Persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di Ahwaz meninggal pada tahun 819 M di Baghdad. Setelah remaja ia mengembara ke Bashra dan Kufa. Di sana ia mencar ilmu bahasa Arab dan bergaul rapat sekali dengan orang-orang badui padang pasir. Karena pergaulannya itu ia jago bahasa Arab dan budbahasa istiadat dan kegemaran orang Arab" , la juga akil bersyair , berpantun dan menyanyi. la sempat pulang ke negerinya , namun pergi lagi ke Baghdad bersama ayahnya , keduanya menghambakan diri kepada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad.
Mari kita mulai kisah penggeli hati ini. Bapaknya Abu Nawas yaitu Penghulu Kerajaan Baghdad berjulukan Maulana. Pada suatu hari bapaknya Abu Nawas yang sudah bau tanah itu sakit parah dan karenanya meninggal dunia.
Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur mayit bapaknya itu sebagaimana budbahasa Syeikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan mayit hingga mengkafani , menyalati dan mendo'akannya , maka Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan bapaknya.
Namun... demi mendengar rencana sang Sultan.
Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tiba-tiba nampak bermetamorfosis gila.
Usai upacara pemakaman bapaknya. Abu Nawas mengambil batang sepotong batang pisang dan diperlakukannya menyerupai kuda , ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.
Pada hari yang lain ia mengajak belum dewasa kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak belum dewasa bermain rebana dan bersuka cita.
Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas itu , mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.
Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana." kata wazir utusan Sultan.
"Buat apa sultan memanggilku , saya tidak ada keperluan dengannya."jawab Abu Nawas dengan entengnya menyerupai tanpa beban.
"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata menyerupai itu kepada rajamu."
"Hai wazir , kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar." kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas.
"Abu Nawas kau mau apa tidak menghadap Sultan?" kata wazir
"Katakan kepada rajamu , saya sudah tahu maka saya tidak mau." kata Abu Nawas.
"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir dengan rasa penasaran.
"Sudah pergi sana , bilang saja begitu kepada rajamu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang menyerupai tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Dengan geram Sultan berkata ,"Kalian ndeso semua , hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa beliau kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."
Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas di hadirkan di hadapan raja.Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
"Abu Nawas bersikaplah sopan!" tegur Baginda.
"Ya Baginda , tahukah Anda....?"
"Apa Abu Nawas...?"
"Baginda... terasi itu asalnya dari udang !"
"Kurang asuh kau menghinaku Nawas !"
"Tidak Baginda! Siapa bilang udang berasal dari terasi?"
Baginda merasa dilecehkan , ia naik pitam dan segera memberi perintah kepada para pengawalnya. "Hajar beliau ! Pukuli beliau sebanyak dua puluh lima kali"
Wah-wah! Abu Nawas yang kurus kering itu karenanya lemas tak berdaya dipukuli tentara yang bertubuh kekar.Usai dipukuli Abu Nawas disuruh keluar istana. Ketika hingga di pintu gerbang kota , ia dicegat oleh penjaga.
"Hai Abu Nawas! Tempo hari saat kau hendak masuk ke kota ini kita telah mengadakan perjanjian. Masak kau lupa pada janjimu itu? Jika engkau diberi hadiah oleh Baginda maka engkau berkata: Aku bagi dua; engkau satu episode , saya satu bagian. Nah , sekarang mana bagianku itu?"
"Hai penjaga pintu gerbang , apakah kau benar-benar menginginkan hadiah Baginda yang diberikan kepada tadi?"
"lya , tentu itu kan sudah merupakan perjanjian kita?"
"Baik , saya berikan semuanya , bukan hanya satu bagian!"
"Wan ternyata kau baik hati Abu Nawas. Memang harusnya begitu , kau kan sudah sering mendapatkan hadiah dari Baginda."
Tanpa banyak cakap lagi Abu Nawas mengambil sebatang kayu yang agak besar lalu orang itu dipukulinya sebanyak dua puluh lima kali.Tentu saja orang itu menjerit-jerit kesakitan dan menganggap Abu Nawas telah menjadi gila. Setelah penunggu gerbang kota itu klenger Abu Nawas meninggalkannya begitu saja , ia terus melangkah pulang ke rumahnya.Sementara itu si penjaga pintu gerbang mengadukan nasibnya kepada Sultan Harun Al Rasyid.
"Ya , Tuanku Syah Alam , ampun beribu ampun. Hamba datang kemari mengadukan Abu Nawas yang teiah memukul hamba sebanyak dua puluh lima kali tanpa suatu kesalahan. Hamba mohom keadilan dari Tuanku Baginda."
Baginda segera memerintahkan pengawal untuk memanggil Abu Nawas. Setelah Abu Nawas berada di hadapan Baginda ia ditanya."Hai Abu Nawas! Benarkah kau telah memukuli penunggu pintu gerbang kota ini sebanyak dua puluh lima kali pukulan?"
Berkata Abu Nawas ,"Ampun Tuanku , hamba melakukannya karena sudah sepatutnya beliau mendapatkan pukulan itu."
"Apa maksudmu? Coba kau jelaskan alasannya musababnya kau memukuli orang itu?" tanya Baginda.
"Tuanku ,"kata Abu Nawas."Hamba dan penunggu pintu gerbang ini telah mengadakan perjanjian bahwa kalau hamba diberi hadiah oleh Baginda maka hadiah tersebut akan dibagi dua. Satu episode untuknya satu episode untuk saya. Nah pagi tadi hamba mendapatkan hadiah dua puluh lima kali pukulan , maka saya berikan pula hadiah dua puluh lima kali pukulan kepadanya."
"Hai penunggu pintu gerbang , benarkah kau telah mengadakan perjanjian menyerupai itu dengan Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Benar Tuanku ,"jawab penunggu pintu gerbang.
"Tapi hamba tiada menerka kalau Baginda menunjukkan hadiah pukulan."
"Hahahahaha IDasar tukang peras , sekarang kena batunya kau!"sahut Baginda."Abu Nawas tiada bersalah , bahkan sekarang saya tahu bahwa penjaga pintu gerbang kota Baghdad yaitu orang yang suka narget , suka memeras orang! Kalau kau tidak merubah kelakuan burukmu itu sungguh saya akan memecat dan menghukum kamu!"
"Ampun Tuanku ,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.
Abu Nawas berkata ,"Tuanku , hamba sudah lelah , sudah mau istirahat , tiba-tiba diwajibkan hadir di daerah ini , padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."
Sejenak Baginda melengak , terkejut atas protes Abu Nawas , namun tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak , "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas."
Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan menunjukkan sekantong uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap absurd dan bahkan semakin nyentrik menyerupai orang gila sungguhan.
Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para menterinya.
"Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai kadi?"
Wazir atau perdana meneteri berkata ,"Melihat keadaan Abu Nawas yang semakin parah otaknya maka sebaiknya Tuanku mengangkat orang lain saja menjadi kadi." Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.
"Tuanku , Abu Nawas telah menjadi gila karena itu beliau tak layak menjadi kadi."
"Baiklah , kita tunggu dulu hingga dua puluh satu hari , karena bapaknya gres saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain saja."
Setelah lewat satu bulan Abu Nawas masih dianggap gila , maka Sultan Harun Al Rasyid mengangkat orang lain menjadi kadi atau penghulu kerajaan Baghdad.
Konon dalam seuatu pertemuan besar ada seseorang berjulukan Polan yang semenjak lama berambisi menjadi Kadi , la menghipnotis orang-orang di sekitar Baginda untuk menyetujui kalau ia diangkat menjadi Kadi , maka tatkala ia mengajukan dirinya menjadi Kadi kepada Baginda maka dengan mudah Baginda menyetujuinya.Begitu mendengar Polan diangkat menjadi kadi maka Abu Nawas mengucapkan syukur kepada Tuhan.
"Alhamdulillah saya telah terlepas dari balak yang mengerikan. Tapi. ,..sayang sekali kenapa harus Polan yang menjadi Kadi , kenapa tidak yang lain saja."
Mengapa Abu Nawas bersikap menyerupai orang gila?
Ceritanya begini.. Pada suatu hari saat ayahnya sakit parah dan hendak meninggal dunia ia panggii Abu Nawas untuk menghadap. Abu Nawas pun datang mendapati bapaknya yang sudah lemah lunglai.Berkata bapaknya ,
"Hai anakku , saya sudah hampir mati. Sekarang ciumlah indera pendengaran kanan dan indera pendengaran kiriku."
Abu Nawas segera menuruti undangan terakhir bapaknya. la cium indera pendengaran kanan bapaknya , ternyata berbau harum , sedangkan yang sebelah kiri berbau sangat busuk.
"Bagamaina anakku? Sudah kau cium?"
"Benar Bapak!"
"Ceritakankan dengan sejujurnya , baunya kedua telingaku int."
"Aduh Pak , sungguh mengherankan , indera pendengaran Bapak yang sebelah kanan berbau harum sekali. Tapi... yang sebelah kiri kok baunya amat busuk?"
"Hai anakku Abu Nawas , tahukah apa sebabnya mampu terjadi begini?"
"Wahai bapakku , cobalah ceritakan kepada anakmu ini."
Berkata Syeikh Maulana "Pada suatu hari datang dua orang mengadukan masalahnya kepadaku. Yang seorang saya dengarkan keluhannya. Tapi yang seorang lagi karena saya tak suaka maka tak kudengar pengaduannya. Inilah resiko menjadi Kadi (Penghulu). Jia kelak kau suka menjadi Kadi maka kau akan mengalami hai yang sama , namun kalau kau tidak suka menjadi Kadi maka buatlah alasan yang masuk logika supaya kau tidak dipilih sebagai Kadi oleh Sultan Harun Al Rasyid. Tapi tak mampu tidak Sultan Harun Al Rasyid pastilah tetap memilihmu sebagai Kadi."
Nan , itulah sebabnya Abu Nawas akal-akalan menjadi gila. Hanya untuk menghindarkan diri supaya tidak diangkat menjadi kadi , seorang kadi atau penghulu pada masa itu kedudukannya menyerupai hakim yang memutus suatu perkara. Walaupun Abu Nawas tidak menjadi Kadi namun beliau sering diajak konsultasi oleh sang Raja untuk memutus suatu perkara. Bahkan ia kerap kali dipaksa datang ke istana hanya sekedar untuk menjawab pertanyaan Baginda Raja yang aneh-aneh dan tidak masuk akal.
Sumber: Buku Kisah Abu Nawas si penggeli hati
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)