Home » » Dongeng Tukang Masak yang Licik | Dongeng Anak Terbaru

Dongeng Tukang Masak yang Licik | Dongeng Anak Terbaru

koki yang cerdas
Dongeng tukang masak yang Licik
Dongeng Tukang masak yang licik - Dahulu kala ada seorang tukang masak. Dia cukup cerdas tapi kurang memiliki tanggung jawab. Ketika ia keluar rumah menghirup udara bebas , ia merasa sangat senang dan merasa fikiranya sangat tenang. Dan saat ia kembali ke rumahnya , ia akan menyempatkan waktunya untuk meneguk segelas anggur terbaik tanpa sepengetahuan majikanya untuk membangkitkan semangatnya. Ketika nafsu makanya meninggi , maka ia akan memakan kuliner terbaik yang dapat di masaknya. "Seorang tukang masak harus tahu merasakan apapun". Katanya.

pada suatu hari , tuanya berpesan kepadanya "Aku sedang menunggu kedatangan tamu pada malam ini , kau harus menyiapkan sepasang kuliner ayam yang lezat".
"Baik tuan" jawab Tukang masak itu. Kemudian  diapun memotong ayam , membersihkannya lalu mencabuti bulunya. Dan saat menjelang malam , ia memanggang ayam tersebut di api hingga matang. Tapi hingga ayam tersebut mulai berwarna coklat dan hampir jawaban dipanggang , ternyata tamu yang di tunggu-tunggu tersebut belum juga datang.

"Jika tamu yang kita tunggu tak datang juga , maka saya harus mengeluarkan ayam ini dari api tuan , dan memakanya selagi masih hangat. Karena sayang kalau hingga gosong atau di biarkan cuek , maka kuliner saya akan sia-sia alasannya ialah rasanya telah beruubah”. Kata tukang masak itu kepada tunaya.

“Baikl;ah kalu begitu , kau tunggu di sini sebentar. Aku akan coba menjemput tamu ku”. Kata tuanya.

karena terlalu lama berdiri di bersahabat tungku api , membuat tukang masak itu menjadi panas dan merasa kehausan. Lalu diapun pergi turun ke daerah penyimpanan untuk mengambil anggur. Dia mengambil seteguk anggur dengan gelas besar untuk memuaskan dahaganya. Tapi sebagaimana kebiasaanya , setiap habis minum anggur nafsu makanya akan meningkat. Dan itu ialah kesalahan yang cukup fatal kali ini..


Dia kembali ke atas dan melihat ayam yang ia panggang. Di olesinya dengan mentega dan di bolak-baliknya di atasa tungku api. Aroma yang menyengat semakin membangkitkan seleranya. Sehingga hatinya tergelitik untuk mencoba.

“Aku harus tahu , apakah rasanya juga se enak baunya”. Gumamnya.


Lalu ia pun mencolekan jarinya , dan menjilatnya. Rasanya memang enak sekali. Kemudian ia melihat sayap ayam sebelah kiri telah mulai hangus , maka ia pun berniat untuk mengambilnya.

“Wah.. sayang apa bila hingga hangus dan tak mampu di makan. Ebih baik gua makan saja”. Katanya. Tukang masak itupun memakan sayap ayam itu dengan lahap. Tapi ternyata tak hingga di situ saja. Nafsu makanya semakin meninggi.
 “Wah.. masak yang satunya di biarkan saja? Hmm.. lebih baik ku makan juga semoga adil”. Katanya.


Dia lalu memakan sayap ayam yang satunya lagi. Setelah ke dua sayap ayam itu habis , ia menengok ke jendela. Tuanya belum ada tanda-tanda datang. Tukang masak itu melongo sebentar.

“Mungkinkah tuan ku tak pulang juga? Atau mungkin mereka datang besok dan tuan ku menunggunya di penginapan? Sayang semua makanan yang sudah ku masak ini. Dari pada sia-sia , lebih baik ku makan saja ayam yang tadi..”. katanya sambil mengambil ayam yang sudah tak ada sayapnya. 
 Di makanya dengan lahap , rasanya sungguh nikmat di temani segelas anggur ke sukaanya. Setelah semua habis , diakembali menengok ke jendela.


“Belum datang juga? Hmm.. mungkin memang benar mereka tak akan pulang malam ini. Sayang masih ada sisa satu ayam kalau di sia-sia kan. Lebih baik gua makan sekalian dari pada terbuang percuma”. Kata tukang masak itu sambil kembali memakan ayam yang satunya dengan lahap. Tapi saat ia sudah hampir jawaban makan , tiba-tiba ia mendengar sura tuanya berteriak dari luar.

“hai..! tamunya sudah datang. Siapkan kuliner mu. Aku akan mengasah pisau untuk mengiris ayam panggang itu. Nanti kalau tamu iotu mengetuk pintu , bukakan pintu untuknya”. Kata tuanya.

“Baik tuan”. Jawab tukang masak itu.



Ketika sang majikan sedang asik mengasah pisau makan di meja , tamu yang di tunggu-tunggu datang mengetuk pintu. Si tukang masak datang untuk membukakan pintu tersebut.

“Sssssttttt...!! Sebaiknya kau cepat pergi dari sini , kalu tidak kau nanti mampu celaka. Kamu tahu kenapa tuan ku menyuruh mu ke sini? Dia menginginkan indera pendengaran mu. Dengarlah , ia di belakang sudah berkemas-kemas mengasah pisaunya”. Kata tukang masak itu sambil berbisik. Tamu itu pun mendengarkan , dan benar.. ia mendengar bunyi sii majikan yang sednag mengasah pisau. Dan tamu itu pun lari terbirit-birit alasannya ialah menduga apa yang di katakan tukang masak itu benar.




Lalu tukang masak itu pergi menghadap tuanya dan berkata” Tuan , tamu tuan telah pergi membawa sesuatu dari rumh ini”. Katanya.

“Apa maksud mu? Apa yang ia bawa?”. Tanya tuanya.

“Dia membawa dua buah ayam panggang yang telah saya masak tuan..”. Jawab tukang masak itu.

“Sungguh perbuatan yang tidak sopan.. apakah ia tidak menyisakan satu untuk ku? Aku akan coba mengejarnya dan meminta satu ayam , alasannya ialah gua juga sangat lapar..”. kata tuanya sambil pribadi berlari keluar. 


Tapi secra tak sadar , pisau yang di asahnya masih terbawa fdi tanganya. Majikan itu berlari sambil berteriak-teriak.. “Hai.. gua hanya minta satu.. gua hanya ingin satu saja.. berhenti.. !”. teriaknya.

Tapi si tamu malah berlari semakin kencang , alasannya ialah ia mengira.. si majikan menginginkan satu telinganya. Padahal yang si majikan maksud ialah satu ayam yang di kira tamu itu bawa. Dan si tukang masak hanya mampu tertawa puas melihat tipu muslihatnya berhasil.


Hikmah yang dapat kita petik ialah , jangan mudah percaya pada sesuatu hal sebelum kau tahu sendiri kebenaranya. Karena belum tentu apa yang kau lihat dan apa yang kau dengar itu kenyataan yang sebenarnya. dan kecerdasan yang di miliki , seharusnya di gunakan untuk hal-hal baik yang memiliki kegunaan bagi norang lain. Dan bukan untuk ke untungan diri sendiri..


Story by: Muhammad Rifai

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentar yang baik ya sahabatku semua :)